Ketika Langit Memilihmu by Wahyu Sujani, 312 Halaman
Mimpi menjadi seorang seniman besar ternyata tak semudah yang ia bayangkan. Dalam perjalanannya, Fikri harus melewati getir pahit dan liku takdir kehidupan. Satu per satu, ujian itu harus ia rasakan. Menjelang detik-detik pernikahannya dengan Leni, bunga kampus yang menjadi pujaan hatinya, harus kandas karena tiba-tiba Leni malah harus menikah dengan pria lain.
Belum reda kecamuk kesedihan di dadanya, Fikri harus terlibat pula dalam permasalahan Irul, sahabat karibnya. Irul memiliki masalah super besar dengan Lidya, gadis cina yang cantik jelita, yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri meskipun berbeda keyakinan. Fikri harus terlibat lebih dalam dan terjebak dalam sebuah dilema. Dan ternyata, penderitaan Fikri makin berat dengan takdir yang dialami oleh kedua orang tuanya dan adik perempuan semata wayangnya.
Fikri tersungkur dalam kebingungan dan kesedihan mendalam. Segala emosi jiwa yang terpendam lantas ia ejawantahkan pada bakatnya membuat lukisan dari pasir hingga mengundang kehadiran seorang perempuan bermata biru, Shira, yang membuatnya jadi penasaran karena selalu menanyakan makna setiap lukisan pasirnya.
Fikri pun merenungi segala takdirnya membuatnya semakin menintikkan air mata dan mencoba menata kembali perjalanan hidupnya yang semula ia anggap lantak.
Lantas, bagaimana dengan perempuan bermata biru itu? Akankah tetap hadir jadi penghibur dalam kegetiran hidupnya? Ataukah malah Leni, cinta pertamanya itu yang akan tiba-tiba hadir di kehidupannya kini? Bagaimanakah adik tersayangnya? Bagaimana pula menyelesaikan konflik yang dibuat oleh sahabat karibnya itu? Haruskah ia jadi malaikat bagi Lidya yang diam-diam sangat mengaguminya?
Pendar Cahaya Cinta by Taufiqurrahman al Azizy, 288 Halaman
Fatimah az-Zahra, gadis yang cantik parasnya, bagai bidadari. Di bumi Arthapura, dia lahir dan dibesarkan. Seorang kakak dari adiknya, Maysaroh, yang telah lama ditinggal mati ayahnya terkasih, Abdul Wahab, dan tinggal bertiga di rumah mungil bersama ibunya, Layla. Dari rumah mungil inilah, cinta dan kerinduan hatinya kepada Yang Maha Terkasih bergejolak. Gejolak yang mana tak bisa dipahami oleh siapa pun, termasuk oleh adik dan ibu kandungnya sendiri,
Orang-orang menganggapnya gadis aneh. Semakin aneh dan sulit dimengerti ketika dia menolak lamaran dari dua pemuda; kedua-duanya bagai malaikat berwajah tampan, satunya seorang Ustadz yang sangat dipuji dan dihormati serta dimuliakan karena ilmu agamanya; satu lagi anak kepala desa, yang mewarisi kehormatan masa lalu, nilai-nilai luhur moyangnya.
Tak lain tak bukan, karena dihatinya masih ada Kiyai Hasyim, guru mengaji sekaligus separuh jiwanya yang kini telah pergi untuk selamanya. Selama ini Fatimah tak sadar, disana ada Ilham, sahabat karibnya yang juga menaruh hati dan mencintainya namun tak pernah tersampaikan karena merasa bagai punggu merindukan bulan. Bagi Ilham, ia merasa senang dan bahagia manakala ia melihat Fatimah senang dan bahagia pula.
Namun setelah mendapatkan nasihat dari Kiyai Mukhtar, Fatimah berubah 180 derajat. Gadis itu semakin aneh ketika meminta Ilham yang diam-diam menyukainya untuk mengantarkanya kepada salah satu pemuda yang pernah ditolak lamarannya dulu dan kepadanya dia memasrahkan tubuh dan jiwa dengan segenap hati, pikiran, dan perasaannya. Pergolakan hati dan jalan terjal kehidupan Fatimah, Ilham dan pemuda itu segera dimulai.
Apa yang sesungguhnya dicari, dicintai, dan dirindui gadis itu? Ketika ia tinggalkan adik dan ibunya, pergi mendermakan bakti, ketaatan, dan kepatuhan kepada suaminya yang ternyata seperti iblis namun tetap ia rangkul dengan kasih dan cinta? Akankah Ilham mendapatkan hati Fatimah yang telah begitu tersiksa batinnya?